Letters to Genitalia

It is my honor to inform you that your existence means you and your owner can more than likely do almost anything you please due to the social construction of the United States’ society! (yay!) From…

Smartphone

独家优惠奖金 100% 高达 1 BTC + 180 免费旋转




Tumbangnya Arsenal

Aku terjaga jam dua malam. Menonton Arsenal digulung tiga gol, menambah daftar kejutan yang diisi pesaing sebelumnya. Sebut saja Chelsea yang ampun-ampunan, Spurs yang melompat ke posisi empat, panggung aksi Kane-Son yang sekarang ditopang Kulusevski pecundangi Newcastle lima gol, juga MU yang membiarkan Leicester mencuri poin dari Old Trafford. Centre back The Fox, Fofana tampil dengan spirit perang badar dan menuai kagum pelatih Rodgers.

Jeda internasional yang menyibukkan pemain-pemain Liga Inggris dalam ajang kualifikasi Piala Dunia Qatar 2022 maupun uji coba persahabatan sering berdampak negatif bagi tim yang mereka bela. Hal itu bisa berwujud cedera, fokus yang teralih, atau ritme permainan menurun pasca pisah lapang dua minggu lamanya.

Mendy yang hanya ngaso saat menghadapi Mesir tampak lupa sedang melawan kuda hitam Liga Inggris. Insting Bruno Fernandes di timnas pudar, selama tanding hanya menunjukkan seragam iblis lebih berat beberapa kilogram. Di mata Ragnick, pengaruh Ronaldo di timnas tetap tak menggaransi posisinya sebagai sebelas utama. Terbaru, Odegaard yang diharap jadi roh kreasi Arsenal. Seperti heran akurasi umpannya berkurang seiring malam-malam beku memikirkan mengapa Norwegia gagal lolos ke Piala Dunia, sore membosankan saat bersikeras membujuk Halland untuk ke Arsenal (setidaknya jadi batu loncatan untuk gabung City dua musim berikutnya).

Hingga menit 13’ belum ada serangan dari Arsenal. Bola sesekali bergulir di tengah. Kedua sayap Palace, Zaha dan Ayew mengekspos rentannya dua pos fullback yang ditinggalkan pemain inti. Saat kamera menyorot Viera di pinggir lapang, seketika ada aura sangar. Aura mantan tukang jagal lini tengah Arsenal.

Tak ada selebrasi berlebihan dari Viera. Gol pertama Palace pastinya keniscayaan. Sedikit yang bisa dilakukan Ramsdale untuk merespons sundulan Mateta, yang berjarak hanya selangkah. Gol yang menangkap basah Tavares sebagai pemain ceroboh dan pantas diganti di babak kedua.

Di sisi kiri lapang. Nuno Tavares memang fungsional dalam skema menyerang. Lain cerita saat bertahan. Melihatnya menunduk rendah salah antisipasi lawan. Satu-satunya jaminan yang bisa Tavares beri untuk laga selanjutnya, selama Tierney rehat. Adalah kesembronoan. Tanpa diharap, dia bisa melakukan overlap begitu sering dan kemudian, amnesia. Berpikir layaknya winger, lupa teknik untuk menangkal bola-bola mati.

Ketika Gallagher berlari ikut mengerubung Mateta. Rambut gondrongnya berjingkrak jingkrak seperti menebar udara kematian. Sepanjang babak pertama, ia banyak merecoki build up Arsenal. Paru-paru mesinnya menggagalkan operan pendek. Umpannya yang visioner berulang kali memanfaatkan Ayew dan Zaha. Free kick pamungkas darinya adalah awal bagaimana Arsenal kehilangan selera untuk membalik keadaan.

Belum puas dengan gol pertama. Ayew menghidupkan lagi tribun Selhurst Park. Melanjutkan umpan terobosan dari Andersen, ia menghukum Gabriel, yang meluncur gagal menangkal bola, menembak ke sudut kanan, mengatasi reaksi Ramsdale yang kalah sigap. Itu adalah sepakan yang wajib ditepis oleh siapapun yang ingin posisi kiper utama timnas, dan sayangnya Ramsdale gagal.

Tidak ada gol balasan dari Arsenal. Babak pertama selesai dengan Lacazette yang terisolir di depan. Sentuhannya di kotak penalti menghilang. Duel udara yang dilakukannya amat percuma mengingat postur kalah dari bek lawan. Partey sulit menarik lini belakang Palace, kepayahan untuk lepas dari tekanan lawan sebelum akhirnya diganti karena cedera.

Melihat mati kutunya Lacazette seperti mengingatkan akan kebutuhan striker di Arsenal. Ia memang berfungsi untuk mengalirkan bola ke sayap-sayap lincah. Bantuan yang ia beri untuk Martinelli dan Saka terasa optimal seiring konversi gol keduanya. Tetapi dalam situasi man marking Laca sulit lolos. Ia bukan tipikal pemain yang jago berkelit dengan gocekan. Tempo serangan terus melambat ketika bola hanya dikembalikan oleh kaki Laca. Situasi semakin parah ketika pemain-pemain Palace mengepung menerapkan skema pressing-nya.

Aku mulai kangen sontekan Laca yang jitu. Seperti eksekusinya saat mengatasi Rapid Wina di fase grup Liga Eropa 20/21. Ketika pantulan bola di tubuh lawan juga backline yang longgar dihukum kaki luar Laca. Aku menyaksikan tiga pemain kalang kabut menutup ruang tembak sebelum tubuh kiper terlontar sebisanya, takluk oleh gol yang menghujam kelewat cepat. Gol telat saat menahan seri Liverpool di tahun 2018 juga merupakan salah satu karya terbaik Laca. Ia mengamankan sodoran Iwobi dari Allison Becker, yang lambat menyerobot umpan. Sekilas melirik lubang yang ditinggal, Laca meliuk menggedor jaring sudut kanan. Sebuah gol yang mudah diingat karena selebrasinya: mengaduk secangkir kopi di sudut lapang.

Semakin sulit melihat momen di atas terulang. Telanjur jarang ia cetak gol dari open play. Berita baiknya, di tengah krisis identitas seorang pengebom nomor sembilan, bocah-bocah ofensif terus mendulang gol memenangkan Arsenal. Itulah alasannya, mengapa Laca terus bermain menumpukan perannya sebagai dinding pantul dan penyetor assist.

Satu-satunya tugas Laca, setidaknya yang aku tonton, hanyalah secepat mungkin mengoper di kotak penalti lawan. Tatkala dua winger Arsenal mengambil ancang-ancang untuk menembak, Laca ibarat picu bagi senapan.

Sah-sah saja peran tersebut diemban. Masalahnya meyaksikan Laca dijaga ketat tanpa inisiatif sama sekali, apalagi saat Arsenal tertinggal, bukanlah menu begadang yang ingin kusantap. Ketika winger lawan merecoki kepercayaan kita akan kualitas duet bek tengah, dan peran goal getter tak dimiliki oleh Laca rasa-rasanya sialan sekali mendukung Arsenal.

Jika Ruben Neves dan Ashley Young heran kenapa tim kami merayakan kemenangan tipis dari mereka layaknya beroleh gelar, aku pikir jawabannya jelas. Karena Arsenal sadar betapa kemenangan yang diraih bareng striker pas-pasan, juga keberuntungan yang menaungi kaki-kaki sayap kami yang belia adalah keajaiban.

Dalam urusan insting seorang pencetak skor, level Laca telah jauh menurun. Aku menyadarinya saat menonton Vlahovic. Binatang buas milik Juventus ini, biarpun gagal mencetak gol ke gawang Inter (4/4) menunjukkan naluri alami seorang juru gedor. Di kotak penalti Inter, kakinya seperti otomatis merespons segala peluang. Mengecoh Skriniar dan Brozovic lewat satu sentuhan, atau gagal nyekor hanya karena bek lawan mendorong eksekusinya ke kaki bagian dalam amat mengerikan. Unggul jauh dari Laca.

Di babak kedua. Setelah pertukaran pemain. Gairah membalik skor kembali terpercik. Aku bisa menikmati umpan satu dua antara Martinelli dan Laca, Sambi dan Saka untuk mengupas lini belakang lawan, sekalipun dari siasat yang terkesan jitu tersebut, Smith Rowe dan Saka gagal menyamakan keunggulan sementara Odegaard hanya menyia-nyiakan peluang yang sekali-kalinya ia genggam. Derita mesti bertambah oleh gol Zaha. Sendirian mengontrol bola dan dikerubung tiga pemain. Odegaard memberi penalti cuma-cuma dengan gangguan ke tumit. Tiga gol yang bersarang ke gawang Ramsdale tak terbalas sampai peluit akhir.

Usai kalah dari Palace. Arsenal menghadapi ujian berat untuk mencapai UCL. Masih ada Spurs, Chelsea dan MU untuk dihadapi di pekan sisa. Belum lagi tim-tim yang sekilas terlihat mudah ditaklukkan padahal menyimpan potensi bahaya. Pengamat Sky Sports, Jamie Carragher menyuruh pemain untuk tidak panik mengingat posisi mereka. Tetapi absennya tiga pilar penting, yaitu Partey, Tomiyasu, dan Tierney memang mangkhawatirkan. Apalagi tidak ada pemain bugar saat ini yang secara total dapat menggantikan peran mereka.

Ketika terpukul melihat pemain-pemain lesu masuk lorong. Bayangan Ramsdale yang menepis eksekusi banyak pemain seperti mengabur. Ben White tak nafsu untuk pamer tato harimau sedang Gabriel terus cemberut seperti terbayang aksinya yang ceroboh. Kalau aku punya nomor Whatsapp Mikel Arteta aku bakal menyarankannya untuk sekalian memasang Tavares sebagai winger. Memakai servis Nketiah sejak mula dibanding Laca yang kendor performanya. Semoga saja pelatih paham.

Maret, 2022

Add a comment

Related posts:

Using Google Analytics with Custom Dimensions and Metrics

When we build websites, we want to be able to figure out whether or not people are actually viewing our hard work. Websites that are performing well are doing their jobs, and those that are not can…

What

I just recently passed my driving test and I’m completely taken away by the prices I’ve saw for car insurance on my parents Astra, I’m getting prices up at 7K. I’ve decided to go out and buy a…

On Empathy and its Discontents

My writing thus far has focused on Islam, politics, history, and related discourses exclusively. Although I have previously had inklings to write an article on the socio-emotional side of human…